Mencari inspirasi untuk membuat cerpen? silahkan simak cerpen ini dan moga-moga kalian terinspirasi dengan cerpen ini. Jangan lupa cantumkan sumbernya :)
Seorang gadis remaja berusia sekitar 13 tahun sedang
duduk sendiri di bangku yang terletak di sudut kelasnya. Ekspresi wajahnya
terlihat kesal, berkali-kali ia melihat ke arah jam tangannya.
“Lama banget sih ini Riko, dibilang enak apa
nunggu sendirian gini, kaya anak ilang aja.” gerutu gadis itu, kesal. Terlihat
jelas ia sedang menunggu seseorang yang belum juga datang. Ia melirik kembali
ke arah jam tangannya.
“Nina...” terdengar suara seorang anak lelaki
memanggilnya. Ia langsung berpura-pura tidur. Anak laki-laki itu langsung
berlari menuju gadis bernama Nina itu.
“Hoshh,,, hoshh,, hoshh…ma..maaf nin…kamu udah
lama nunggu ya?” Tanya anak laki-laki itu. Nafasnya tersenggal-senggal karena
berlari menuju sudut kelas. Nina tetap
tak mau menjawab sambil pura-pura tidur.
“Alaaah, gitu banget kamu sama aku”
Nina langsung membuka matanya dengan kesal
“Salahmu, siapa yang suruh lama?”
“Maaf deh, maaf. Kan kamu tau kalo masalah
bahasa Inggris aku sedikit bodoh. Ayolah nin, masa gitu aja ngambek sih, ga
jauh beda sama anak kecil tau.” Riko langsung mengacak-acak rambut Nina yang
masih dalam posisi membelakanginya.
“Iya iya aku maafin. Kebiasaan banget rambutku
yang dijadiin sasaran.” Bilang Nina sambil merapikan rambutnya .
“Heheh, maaf lagi deh. Yaudah yuk langsung
pulang aja. Nanti kalo lama kamu ngomel lagi sama aku kayak mak-mak” Riko
langsung menggandeng tangan Nina dan mengajaknya pulang.
Nina dan Riko memang baru kenal selama
bersekolah di SMPN 5 ini, tapi karena sering mendapat tugas bersama mereka
menjadi sahabat yang amat dekat. Setiap pulang sekolah mereka saling menunggu
satu sama lain. Riko pun selalu menggandeng tangan Nina setiap pulang sekolah,
karena itu banyak temannya yang mengira mereka pacaran. Padahal mereka hanya
bersahabat , sahabat yang amat dekat. Nina hanya menganggap Riko sebagai sahabat
baiknya, begitu pula Riko pada Nina. Rasa sayang di hati mereka pun tak sedikit
pun lebih dari sayang pada sahabat . Tak ada yang tahu apa perasaan itu akan
tumbuh lebih dari itu atau tidak.
“Mas Riko, bangun sudah pagi.” Kata Ibu Riko dengan nada
yang keras untuk membangunkan Riko.
“Iya Bun, sebentar. Ngolet dulu.”
Riko langsung mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh, lalu mandi dan
siap berangkat sekolah.
“Bun, Riko berangkat dulu ya. Doa’in supaya anak Bunda yang ganteng ini bisa
nerima pelajaran di sekolah dengan baik. Assalamualaikum.”
“Bisa aja deh kamu Rik Rik, pasti bunda do’ain. Wa’alaikumsalam.”
“TEEEEEEEEET TEEEEEEEET” bel istirahat SMPN 5 berbunyi
dengan nyaringnya. Semua siswa langsung menghambur keluar kelas. Begitu juga
Nina, ia langsung keluar dari kelasnya, kelas IX-7. Tak terasa kini Nina sudah
hampir selesai menempuh pendidikannya di jenjang SMP.
“Hadeeehh gila pelajaran matematika bener-bener
nguras otak ini mah!” gerutu Nina setelah keluar dari kelasnya. Ia menggaruk
kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal.
“DORRRR !!!!”
“Astagfirullah… Riko.” Nina langsung mengusap
dadanya yang pasti sedang berdegup kencang saking kagetnya.
“hehehe, kaget ya . Lagian majang aja depan
kelas, ngalangin jalan tau” Riko tertawa lepas karena berhasil membuat
sahabatnya itu terkejut. Tak terasa sudah 2 tahun Nina bersahabat dengan Riko.
Sepertinya, hubungan mereka masih sebatas sahabat.
“Mikir kek, kalo aku jantungan kamu mau tanggung
jawab?”
“Emoh ah, kalo kamu jantungan aku cuma mau jawab
gak mau nanggung.”
Nina tak menjawab perkataan Riko, ia hanya
membalasnya dengan membentuk huruf “O” dengan tangannya di depan wajah Riko.
“Yeee, gitu aja ngambek. Udah ah ayo kantin,
laper nih aku. Cacing udah pada demo.” Riko langsung merangkul pundak Nina dan
memaksanya untuk ikut ke kantin. Nina pun tak berontak karena perutnya juga
sudah amat lapar menunggu untuk diisi.
Suasana kantin terlihat penuh sesak dengan para siswa
yang mengantri untuk membeli makanan. Kantin SMP 5 memang tidak terlalu besar,
tapi cukup nyaman untuk para siswa. Tapi tentunya harga makanannya sesuai
dengan kantong pelajar .
“Eh nin, kamu mau makan apa?” Tanya Riko sambil
mengedarkan pandangannya.
“Tumben nanyain, mau beliin nih?” Jawab Nina
setengah meledek .
“Mau kamu? kalo iya ayo dah gua beliin . Tapi
gak lebih ya dari Rp. 2000 ya.” Riko langsung mengeluarkan uang Rp. 2000 dari
kantong nya.
“Yah Cuma 2000, tapi gapapa deh. Tapi serius
nih? Tumben baik.”
“Mau nggak, klo nggak ya udah aku kantongin lagi
duitnya” Riko baru saja hendak memasukkan uangnya kembali ke kantong, tapi
lebih dulu di sambar Nina.
“Kalo emang rezeki, ngga boleh di tolak. Apalagi
kalo Riko yang traktir langka banget.” Nina langsung menuju salah satu penjual
makanan dan meninggalkan Riko yang masih bengong melihat tingkahnya barusan.
Setelah membeli makanan di kantin, mereka
kembali ke kelas.
“Rik, duduk sini aja yuk.” Nina langsung
mengajak Riko duduk di teras depan kelasnya.
“Iya udah terserah kamu aja nin, nurut aku.”
“hehehe…emang kamu itu office boy terbaik yang
pernah aku punya rik.” ledek Nina sambil menjulurkan lidahnya. Sementara Riko
tak membalas ledekan Nina dan langsung menyantap makanan yang ia beli dari
kantin.
Karena bel masuk sudah berbunyi, Nina dan Riko langsung
menuju ke kelasnya masing-masing. 3 Jam pelajaran terakhir Nina sudah mulai
malas mengikuti pelajaran, ia lebih memilih mengerjakan hal lain dibandingkan
mendengar penjelasan dari gurunya. Memang sudah menjadi kebiasaan Nina, setiap
kali menjelang jam pelajaran terakhir ia jarang mengikutinya dengan serius. Ia
termasuk moody dalam hal belajar, bergantung suasana hatinya.
TEEEEEEETTEEEEEEEEEETTTTTTTTTTT, bel pulang pun
berbunyi. Setelah berdo’a Nina langsung keluar dari kelasnya bersama siswa lain
yang sudah tak sabar untuk pulang. Baru saja melangkah keluar kelas, ternyata
Riko sudah menunggunya .
“Mukamu kusut banget nin kaya baju belum
digosok.”
“Abisan males banget aku pelajaran terakhir
matematika, udah tau aku lo to the la lola kalo pelajaran itu.”
“Yaudah langsung pulang aja yuk, mukamu udah
bete banget.”
Seperti biasa, Riko langsung menggandeng tangan
Nina dan pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, Nina langsung menuju
kamarnya. Tanpa berganti pakaian ia langsung merebahkan dirinya di tempat
tidur. Baru saja ia hendak memjamkan matanya tiba-tiba handphonenya berbunyi.
“Biiiippp Biipp”
“Yawoh, baru juga mau tidur, siapa lagi yang
sms.” Dengan malas ia bergerak menuju meja belajarnya dan megambil hp, ternyata
sms masuk itu dari Eriko.
Eriko : “you’re
beautiful, beautiful, beautiful . kamu cantik cantik dari hatiku …. :*
Nina : “ecieee Riko, buat siapa tuh lagunya ada emot :* segala . hahahaha :D”
Entah kenapa Nina merasa aneh membaca smsan nya
barusan dengan Riko. Kenapa Riko mengirim pesan seperti itu. Tanpa sadar Nina
pun tersenyum sendiri membaca sms dari Riko.
“Eh…kenapa aku senyam senyum sendiri nih kaya
orang gila. Ah paling si Riko cuma bercanda, tu anak kan emang pinter gombal.
Udah ah lanjut tidur aja.” Nina langsung meletakkan hp nya di meja dan segera
tidur.
Esoknya, setelah pulang dari sekolah, entah kenapa Nina
ingin melihat akun Facebooknya yang sudah lama tidak ia buka. Setelah login, ia
langsung melihat berdanda Facebook.
Dina Fahrina
Sayang banget sama dia , Eriko Septian :*
“DEGG.” Mata Nina membulat seketika saat membaca
status itu.
“Dina? Riko? ada hubungan apa di antara mereka?
kenapa dia pake emot :* segala.” Detak jantung Nina mendadak berdetak lebih
cepat saat membaca status itu. Entah kenapa muncul perasaan aneh saat ia
membaca status Dina, adik kelasnya yang ada di lain sekolah. Ada semacam rasa
tak suka, cemburu, kesal….dan entahlah ia sendiri merasa bingung. Sudah cukup
lama Nina mengenal Dina, meskipun awal perkenalan mereka dari dunia maya dan
berlanjut lewat sms dan lainnya. Tapi, ia tak pernah sedikit pun bercerita soal
Riko, apa mungkin mereka pacaran?
Tanpa berpikir lagi, Nina langsung mengirim sms kepada
Riko
Nina : “Rik, kamu kenal Dina ga?”
Riko : “Emang kenapa nin?”
Nina : “Ya tanya aja, kenal apa ga?”
Kali ini Nina harus bersabar menunggu jawaban sms dari Riko. Jantung Nina
berdegup kencang menunggu balasan dari Riko. Ia merasa ada yang mengganjal di
hatinya saat membaca status Dina tadi. Ada rasa tak suka dalam dirinya yang ia
sendiri tak tahu mengapa.
“Biip Biip”
Handphone Nina berbunyi dan segera saja ia
membuka pesan masuk yang ternyata dari Riko itu.
Riko : “Dia pacar aku”
“Prangg” seketika handphone Nina terlepas dari genggaman. Pikirannya serasa
makin kacau dan tak karuan, dan hatinya…. SAKIT.
“Kenapa aku malah ngerasa sedih tau kamu jadian sama Dina, padahal kamu itu kan
CUMA SAHABATku, kenapa rik? Harusnya aku seneng bahwa kamu udah punya pacar,
tapi nyatanya? hatiku serasa gak rela rik, rasanya berat banget tau lu jadian
sama Dina.” Air mata Nina mengalir makin deras, hatinya makin kalut setelah ia
tahu yang sebenarnya
Besoknya setelah sampai di sekolah, Nina memilih tinggal
di dalam kelas. Ia memilih menghindar dari Riko selama ia bisa. Dengan hati
galau ia mengikuti pelajaran dengan tidak konsentrasi.
“TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTEEEEEEEEEETTTT” bel istirahat berbunyi,
perutnya yang sudah keroncongan memaksanya untuk keluar kelas, dan itu berarti
bertemu dengan Riko.
Dengan langkah malas ia pergi ke kantin, setelah
mendapat makanan ia langsung kembali ke kelas, lebih tepatnya di teras kelas.
“Nin, lu ke kantin nggak ngajak-ngajak dih.”
Tegur Riko yang langsung merangkul pundak Nina, seperti biasa.
“Yaelah, emang kamu gak bisa ke kantin sendiri
apa?” Jawab Nina cuek. Sebenarnya ia hanya berpura-pura untuk menutupi
perasaannya yang masih tak karuan .
“Dihh gitu amat kamu sama aku, ngambek ini
ceritanya sama aku?”
“Tau ah, aku mau ke kelas!” Nina langsung
berdiri dan meninggalkan Riko.
Sebenarnya
ia merasa tersiksa dengan sikapnya sendiri, ia terpaksa menghindar hanya karena
tahu Riko adalah pacar Dina. Mungkin memang benar ia menyukai Riko, dan saat ia
menyadari perasaan itu ternyata Riko sudah memiliki pacar. Untunglah dua jam terakhir kelasnya kosong, sehingga
ia bisa bebas dari segala tugas yang akan membuat pikirannya makin tak karuan.
Tak lama kemudian, bel pulang berbunyi. Dengan segera ia merapikan bukunya dan
pulang lebih dulu, meninggalkan Riko sendiri.
2 bulan sudah berlalu, sepertinya tuntutan belajar
menjelang UN berhasil mengalihkan perhatian Nina dari Riko. Biasanya Nina akan
berlama-lama di sekolah bersama Riko dan tidak langsung pulang. Tapi sekarang,
saat bel pulang sekolah berbunyi ia langsung menghambur bersama yang lainnya
dan segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, seperti biasa ia langsung
menuju kamarnya. Karena terlalu lelah ia tak berganti pakaian dan meletakan tas
serta sepatunya di sembarang tempat. Matanya tertuju pada kalender di atas meja
belajarnya.
“Woalah, baru nyadar aku udah mau tanggal 5
Maret aja. Ujian praktek ya, terus abis itu T.O kedua, abis itu UAS, terus US,
masuk April pembelajaran UN, terus UN… Ya allah otakku kobong woyyy!” gerutu
Nina sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.
Hari-hari berlalu, ujian praktek pun sudah di lalui Nina
dengan sebaik mungkin. Walau ia harus mengikuti beberapa remedial di ujian
praktek olahraga. Setidaknya tidak dengan materi praktek yang lain.
“Nin, di panggil bu Ratna tuh.” Seru Mala pada
Nina yang sedang asyik meminum es tehnya.
“Ngapain?”
“Yaah mana aku tau, udah di tungguin tuh di
kantor. Sama Riko juga di panggil.” Mala langsung meninggalkan Nina begitu
saja. Kening Nina
mengkerut saat tahu Riko juga di panggil oleh bu Rana, guru Seni Budaya. Ia
langsung bangkit dan menuju kantor guru.
“Permisi bu…” kata Nina pelan saat memasuki
ruang guru.
“Nah, Nina sini nak.” Kata bu Rana sembari menyuruh Nina mendekat. Beliau
langsung merangkul bahu Nina dan meminta ia berdiri di samping Riko.
“Kalian berdua tahu kan, pas acara perpisahan
nanti ada pentas seninya?” Tanya bu Ratna pada mereka. Mereka berdua mengangguk kompak.
“Ibu minta kalian jadi salah satu pengisi
acaranya. Kalian berdua duet ya?” Kata bu Rana.
“Hah?Duet bu?” seru Riko dan Nina, kompak.
Mereka berdua tentu saja kaget, tiba-tiba bu Ratna meminta Nina duet di pentas
seni kelulusan, dengan Riko pula.
“Kalian mau ya. Lagunya terserah kalian aja.”
“Tapi bu. Kenapa harus saya sama Riko pula.”
Sanggah Nina.
“Jadi kamu gak mau nih ceritanya?” tanya Riko
setengah berbisik. Nina hanya meliriknya sekilas.
Nina dan Riko hanya menunduk, sibuk dengan
pikiran masing-masing. Nina sendiri sebenarnya ragu untuk menerima tugas ini.
Sementara Riko, entahlah apa yang ia pikirkan saat ini.
“Jadi gimana, kalian mau gak?” tanya bu Ratna,
memastikan.
“Yaudah deh bu, saya mau.” Jawab Riko yakin.
“eh eh eh, i…iya deh bu. Saya juga mau kok.” Mau
tak mau Nina menerima tawaran itu. Bukan hanya karena bu Ratna yang meminta
padanya secara langsung, tapi juga karena Riko sudah setuju. Ia pasti merasa
tak enak jika harus menolak.
“Ya sudah, sekarang kalian pikirin dulu mau lagu
apa. Nanti kalau sudah dapat, langsung temui ibu aja.”
“Iya bu, yaudah bu, kami permisi.” Jawab Riko.
“Ehh, Nin jadinya mau nyanyi
lagu apa nih?” tanya Riko.
“Terserah kamu aja rik.” Jawab Nina cuek.
“Eleeh, eh gimana kalo last child yang sama
Giselle “Seluruh nafas ini” ? kan pas tu ada suara cewek sama cowoknya?” Usul
Riko.
“Iya ya. Yaudah deh itu aja. Tapi, yakin mau
duet itu?”
“Iya udah, nanti tinggal ngomong bu Ratna. Udah
masuk tuh, aku ke kelas duluan ya Nin.”
Riko pun berlalu dan kembali kekelasnya, begitu
juga Nina
Hari Kamis, sepulang sekolah Nina dan Riko langsung
menemui bu Ratna di ruang media. Mereka sudah memastikan untuk menyanyikan lagu
dari Last Child ft Giselle yang berjudul “Seluruh Nafas ini”.
Bu Ratna setuju dengan pilihan lagu mereka, dan
meminta mereka rutin berlatih bersama dahulu. Tapi, bukan untuk saat ini. Bu
Ratna menjadwalkan latihan serius seusai Ujian Nasional, beliau tidak ingin
konsentrasi mereka terganggu menjelang Ujian dan kelulusan nanti.
Masa
Ujian Nasional pun telah selesai, kini Nina dan Riko sibuk latihan menyanyi
untuk pentas seni saat Perpisahan kelas 9. Entah
kenapa, perasaan sayang Nina untuk Riko yang sudah lama hilang sekarang
mendadak muncul lagi. Mungkin karena seringnya Nina dan Riko bersama setiap
latihan duet sepulang sekolah. Sehingga perasaan itu pun kembali lagi.
Hari
yang di tunggu pun tiba. Semua murid SMPN 5 berhasil lulus 100 %, dan sebagai
wujud syukur, pihak sekolah mengadakan acara pentas seni sekaligus syukuran
yang di isi aneka acara persembahan murid kelas 9. Termasuk pasangan duet Nina
dan Riko.
“Dan sekarang kita panggilkan pasangan duet kita
yang paling di tunggu, Nina Syafira dan Eriko Septian!” seru Mia, sang MC penuh
semangat. Dengan mengucap
“bismillahhirrohmannirrohim”. Nina dan
Riko pun memasuki penggung dari sisi kiri. Pandangan semua orang langsung
tertuju pada mereka berdua. Setelah siap, Riko mulai memetik senar-senar gitar
pertanda mereka akan memulai penampilan mereka.
“Prok prok prok…. Yeeeee kereeen.” Suara riuh tepuk
tangan mengiringi Nina dan Riko setelah mereka selesai menyanyi. Mereka berdua
pun langsung turun dari panggung setelah mengucapkan terimakasih.
“Rik…kita sukses… yeyeye.” Seru Nina dengan
riang. Refleks ia langsung memeluk Riko, begitu pula Riko. Ia membalas pelukan
itu dan ikut jingkrak-jingkrak ga karuan karena senang. 5 menit berselang Nina
melepas pelukannya.
“Ehh. Sorry Rik, tadi aku terlalu senang.” Kata
Nina sambil menunduk malu.
“Hehehe, iya gak apa-apa. Tadi kamu keren lo
nyanyinya. Ternyata suaramu bagus juga Nin.” Puji Riko yang membuat pipi Nina
bersemu merah.
Tiba-tiba HP Nina berbunyi, pertanda ada SMS masuk
BIIIIIP !
From : mama
Nina, kamu dimana? Kita udah mau berangkat
sayang. Kamu izin pulang duluan aja. Tadi mama udah bilang kok. Mama sama papa
tunggu kamu dirumah. 30 menit lagi kita ke airport.
Ini waktunya, sudah saatnya Nina pergi, menuju kota Solo. Tempatnya akan
melanjutkan sekolahnya nanti. Tanpa sadar bulir air mata mulai mengalir di pipi
Nina. Dengan segera ia mengusap air matanya itu.
“Emm Rik. sorry aku harus pergi. Semoga kita
bisa ketemu lain waktu ya.. Aku sayang sama kamu.” Kata Nina sambil memeluk
Riko sekilas. Ia langsung berlari meninggalkan Riko yang masih terpaku karena
bingung.
Hari
itu juga, Nina meninggalkan kota Yogyakarta. Ia menuju kota Solo bersama
keluarganya menggunakan pesawat. Pesawatnya sudah take off sejak satu jam yang
lalu. Dan sebelum berangkat ia sempat mengirim pesan singkat pada Riko.
Nina : Rik, sekarang aku udah berangkat ke Solo. Aku bakal ngelanjutin
sekolah di sini. Mungkin kesan terakhir dari aku gak terlalu bagus. But u must
know, YOU ARE MY BEST FRIEND…AND I THINK I LOVE YOU. :’)
Riko yang baru saja membuka kotak masuk langsung
shock membaca pesan itu.
“Apa?! Jadi Nina pindah ke Solo?” Tanya Riko
yang tak percaya bahwa Nina kini sudah tak ada lagi di Yogyakarta. Ada rasa menyesal
karena ia tak mengetahui sejak kemarin bahwa Nina akan pindah. Dan ternyata …
Nina MENYAYANGINYA…. Akhirnya dengan berat hati Riko membalas pesan itu.
Riko : Kenapa kamu baru bilang sekarang
Nin? Kenapa aku harus tau saat kamuudah pergi. Kamu tega tau gak? Dan kenapa
kamu gak jujur sama aku soal perasaanmu? Why Nin? :(
Nina : Maaf, Cuma itu yang bisa aku bilang. Aku gak mau nangis di
hadapanmu saat aku harus pergi. Dan aku rasa soal perasaan aku itu biarin
berlalu. Mungkin kita CUKUP SEBATAS SAHABAT… :’) anggep aja ini kenangan
terakhirku, aku akan ganti nomer. Sampai jumpa ya rik, I still love you like
before :’)